[Book Review] 4MK #1: The Fourth Monkey by J.D. Barker

Informasi Buku

Judul: The Fourth Monkey
Series: Four Monkey Killer
Penulis: J.D. Barker
No. ISBN: 978-602-455-574-0
Penerjemah: Endang Sulistyowati
Penyunting: Ani Nuraini Syahara
Redesain: Yanyan Wijaya
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Tanggal Terbit: Cetakan Pertama, May 2018
Jumlah Halaman: 568 hlm.
Kategori: Mystery, Thriller
My Rated: 4.5/5🌟

Blurb

Tewasnya seorang pria yang tertabrak—entah murni kecelakaan atau sengaja menabrakkan diri—menyisakan tanda tanya besar. Pasalnya, ia membawa sebuah kotak berisi potongan telinga. Disinyalir, ia adalah Pembunuh Empat Monyet, buron polisi selama hampir lima tahun. Dengan dalih filosofi Tiga Monyet Bijak, ia selalu memotong telinga, lidah, dan mencongkel mata korban-korbannya sebelum membunuhnya. 

Polisi dan detektif pun berusaha menguak kebenarannya lewat barang bukti yang tertinggal, termasuk buku harian tentang masa kecil sang pembunuh.

Sementara itu, di satu tempat entah di mana, seorang gadis sedang berusaha bertahan hidup dengan satu telinga.

Review

Setelah hampir tiga bulan, akhirnya saya menulis review buku lagi! Setelah membaca Burning Heat karya Akiyoshi Rikako di bulan maret, saya tiba-tiba terserang reading slump dan akhirnya beralih nonton drama. Untungnya, di bulan Juni ini mood membaca kembali.

Kenal trilogi 4MK (Four Monkey Killer) atau versi Indonesianya P4M (Pembunuh Empat Monyet) kira-kira bulan Februari lalu saat buku ketiga versi terjemahan mau launching di Indonesia dan rame di instagram. Nyesel banget nggak ikut PO buku ketiganya yang dapet edisi tanda tangan digital. Saya lagi terserang reading slump sih. Jadi, walaupun langsung tertarik sama series ini, tapi jiwa membeli nggak menggebu-gebu.

Sekarang... begitu menamatkan buku pertamanya dan sukaaa bangeeet, langsung kepikiran: "Andai kemarin ikut PO buku ketiganya dulu. Pengen punya tanda tangan penulisnya."

Baiklah... sudah cukup basa-basinya. Gatau kenapa saya doyan banget basa-basi gini wkwk.

*

Kisah The Fourth Monkey bermula dari panggilan telepon yang Sam Porter terima. Rekannya, Nash mengabari bahwa terjadi sebuah kecelakaan yang menewaskan seorang pria. Entah dibunuh atau bunuh diri. Anehnya, pria yang tewas itu membawa kotak berisi potongan telinga.

Begitu melihat telinga dalam kotak, Sam langsung tahu siapa pelakunya. Yaitu P4M, buron polisi selama lima tahun yang telah melakukan pembunuhan dengan pola yang sama sejak korban pertamanya.

Korban diculik, telinganya dipotong lalu dipaketkan ke keluarga korban.
Dua hari kemudian, menyusul paket mata korban.
Dua hari kemudian, menyusul paket lidah korban.
Dua hari kemudian, jasad akan ditemukan bersama dengan pesan: JANGAN BERTINDAK YANG TIDAK BAIK.

"Berbicara yang tidak baik hanya akan mengarah pada perbuatan tidak baik, dan sudah ada banyak hal semacam itu di dunia ini."

Sam menyebutnya sebagai P4M karena pola si pembunuh merujuk pada Kuil Tosho-gu, Nikko, Jepang yang di atas pintunya ada ukiran monyet. Btw, di smartphone kita ada emoticonnya lho.

🙉 Tidak mendengar yang tidak baik
🙈 Tidak melihat yang tidak baik
🙊 Tidak berbicara yang tidak baik
🐒 Tidak bertindak yang tidak baik

Oke, novel The Fourth Monkey ini dibuka dengan kejadian yang menarik sekali. Nggak pakai intro basa-basi (seperti saya tiap nulis review buku), pembaca langsung disuguhkan adengan misteri. Siapa pria yang tewas sambil membawa kotak berisi potongan telinga itu? Apakah orang yang dijebak P4M? Atau P4M sendiri? Ditabrak? Atau menabrakkan diri?

Melihat potongan telinga itu, Sam tau bahwa korban pasti masih hidup karena telinga adalah awal mula sebelum mata dicongkel dan lidah dipotong. Jadi, Sam bersama timnya berusaha mencari korban dan menyelidiki identitas pria yang tewas itu.

Secara keseluruhan plot novel ini oke banget! Saya suka dengan narasi penulis dan terjemahannya yang enak dan mudah dimengerti. Apalagi perbabnya tidak terlalu panjang. Walaupun tebalnya 568 halaman, kronologi dalam novel ini cuma 3 hari lho.

Novel ini diceritakan lewat sudut pandang orang ketiga, membuat pembaca bisa lebih mengeksplor tokoh-tokoh dan kejadian di sekitarnya. Selain disuguhi perjalanan penyelidikan, pembaca juga eksplor masa lalu P4M lewat catatan harian yang ditinggalkan pria yang tewas tertabrak itu. Jadi, dijamin nggak bosan.

Omong-omong, saya tercengang sekali setiap baca adegan masa lalu P4M. Walaupun begitu, entah kenapa malah takjub juga. Jempol deh buat penulisnya yang berhasil menciptakan karakter P4M (gamau sebut nama dulu). Pemikiran keluarga psikopat ini juga bikin merinding. Sikap mereka yang manipulatif... sungguh mengerikan kalau di dunia nyata!

"Terkadang akan lebih baik untuk tidak menjadi orang paling cerdas di ruangan. Sebagian orang takut pada mereka yang memiliki kecerdasan tinggi. Jika kau membodohi dirimu setara dengan level mereka, mereka akan menerimamu. Dengan begitu kau akan lebih mudah membaur dengan kerumunan."

Tokoh-tokoh polisinya juga pada keren-keren kok. Timnya Sam kalau lagi ngumpul juga bisa bikin pembaca ngakak. Jadi nggak melulu serius ya. Tak di sangka, orang-orang di departemen pembunuhan masih punya obrolan mencerahkan haha 😂

Baik Sam ataupun P4M, mereka punya keunikannya sendiri. Selain mereka, aku juga cukup suka Nash dan Kloz.

Setelah membaca The Fourth Monkey, saya juga kepikiran... membunuh itu salah. Nggak boleh. Tapi P4M selalu membunuh orang yang emang nggak pantes hidup. Jadi, entah kenapa P4M kesannya jadi agak berkelas gitu walau dia pembunuh.

"Sudah lama aku belajar bahwa cara terbaik untuk menghukum para ayah atas dosa mereka adalah dengan membuatnya merasakan sakit anaknya."

Ah, kamu baru akan paham perasaan ini setelah baca novelnya.

The Fourth Monkey berhasil memberikan twist yang cukup mengejutkan dan ending yang memuaskan buat saya. Selain itu, endingnya juga menyisakan rasa penasaran terhadap pembaca, tapi nggak cliffhanger kok.

"Kau butuh bicara dengan seseorang. Dengan cara itulah kita sembuh. Tidak sehat jika kau memendamnya sendiri. Itu akan tumbuh di dalam dirimu seperti kanker jika kau hanya memendamnya."

Sayangnya, selama membaca buku ini saya masih menjumpai typo beberapa kali. Tidak cuma satu kali aja, tapi karena saya menikmati jalan ceritanya, biarkan saja berlalu.

Baiklah, nilai 4.5/5🌟 untuk The Fourth Monkey.

Udah lama nggak review buku saya merasa agak bertele-tele nulis reviewnya, tapi semoga tetap bisa menarik minat kamu untuk baca novel ini juga ya. Saya pengin cuz baca buku keduanya nih (The Fifth to Die), sayangnya sampai akhir Juni nanti sedang masa-masa sibuk. Mungkin kalau langsung baca, progressnya bakal lama sekali.

Terima kasih sudah membaca 😊

Post a Comment

0 Comments