Informasi Buku
Judul: They Both Die at the EndPenulis: Adam Silvera
No. ISBN: 978-006-2457-81-3
Desain Sampul: Erin Fitzsimmons
Penerbit: Harper Collins
Tanggal Terbit: Agustus 2017
Kategori: Young Adult
My Rated: 3.7/5🌟
Blurb
Pada tanggal 5 September, beberapa menit setelah tengah malam, Death-Cast menelpon Mateo Torrez dan Rufus Emeterio untuk menyampaikan kabar buruk: Mereka akan mati hari ini.Mateo dan Rufus tak pernah saling kenal, namun untuk beberapa alasan mereka berdua memutuskan untuk mencari teman baru di Hari Terakhir mereka.
Kabar baik: Ada sebuah aplikasi untuk mencari pertemanan itu. Nama aplikasi itu adalah Last Friend.
Mengawali pertemuan mereka lewat app Last Friend, Mateo dan Rufus memutuskan untuk bertemu, berpetualang dan menghabiskan waktu mereka yang tersisa kurang dari 24 jam.
Review
Thanks to tiktok. Aku dapat rekomendasi buku ini waktu lagi nonton video tiktok dengan tagar bookrecomendation. Oke, nggak pakai basa-basi langsung review aja!
Kapan kita mati hanya Tuhan yang tahu. Namun bagaimana jika manusia bisa mengetahui kapan manusia lainnya akan mati?
Death-Cast bisa dibilang perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang tugasnya memberikan informasi kepada orang-orang yang akan mati dalam 24 jam.
Menerima telepon dari Death-Cast, fix banget bakal mati dalam kurun waktu 24 jam.
Agak-agak mirip Final Destination karena orang yang mendapat telepon dapat peringatan kematian mereka yang mutlak dan tidak dapat dihindari.
Jika orang itu sakit, mereka tahu bahwa mereka akan mati karena penyakit. Tapi bagi mereka yang sehat, mereka tidak akan tahu kematian seperti apa yang akan menimpa mereka. Kecelakaan atau dibunuh? Atau yang lain?
Oke, pembukaan novel ini udah menarik banget karena keberadaan Death-Cast yang bisa memprediksi kematian yang sudah pasti. Mereka yang telah ditelepon Death-Cast akan disebut sebagai Decker.
Setelah membaca novel ini, aku bisa melihat betapa penting dan berharganya kehidupan. Bahkan dalam satu hari pun amat sangat berharga. Terutama bagi mereka yang tidak memiliki banyak waktu di dunia. Untunglah sampai detik ini rahasia kematian hanya Tuhan yang tahu.
Bayangkan jika di kehidupan ini benar-benar ada Death-Cast. Setelah menerima panggilan mereka, sudah pasti hidupmu bakal berakhir.
Ada rasa sakit sepanjang aku membaca novel ini. Adegan ketika Mateo dan Rufus menikmati hari terakhir mereka.
Makan enak untuk terakhir kali.
Ngabisin uang untuk terakhir kali.
Ngedugem untuk terakhir kali.
Bahkan karena kematian sudah bisa diprediksi, para Decker bisa menikmati berbagai akses gratis ngapain aja di hari terakhir hidup mereka.
Fasilitas gratis buat orang yang mau mati. Nggak enak, ah walaupun gratis.
Sepanjang baca buku ini, rasanya nyesek walaupun ada selipan joke yang bikin ketawa. Ya, sedih aja ketika ada kebahagiaan di depan mata Mateo dan Rufus, tapi sebentar lagi mereka harus mati.
Adegan Mateo dan Rufus masih muter di otakku. Kepalaku masih mengimajinasikan adegan mereka. Berharap untuk tetap hidup, tapi nggak bisa.
Udahlah, pokoknya nyesek!
Tolong nggak usah tanya gimana endingnya karena judul bukunya udah menjawab pertanyaanmu. Nggak pakai ada keajaiban.
They Both Die at the End menggunakan banyak sudut pandang. Porsi terbanyak tentu aja diambil oleh Mateo dan Rufus. Aku suka pergantian sudut pandang ini karena bisa merasakan gejolak perasaan yang mereka alami. Sayangnya, ada sudut pandang tokoh lain yang menurutku nggak terlalu penting. Bahkan tokoh ini nggak begitu mempengaruhi kisah 2 tokoh utamanya.
Perusahaan Death-Cast juga sebenarnya masih menjadi misteri. Aku masih bertanya-tanya: Siapa sosok di balik perusahaan Death-Cast yang bisa memprediksi kematian secara akurat? Walaupun novel ini fiksi, aku masih menuntut latar belakang berdirinya Death-Cast Coorporation.
Hal yang disayangkan lainnya adalah endingnya.
Adam Silvera langsung menutup kisahnya ketika dua orang ini mati. Padahal kalau ditambah epilog mengenai kehidupan keluarga Mateo dan Rufus setelah sepeninggalan mereka, kurasa akan lebih bagus lagi. Adegan-adegan bagaimana kedua orang ini dikenang oleh keluarga dan sahabat mereka.
Satu fakta mengejutkan lainnya adalah novel ini mengandung unsur gay. Rasanya mau ngakak. Awal mula relasi Mateo dan Rufus hanya sebatas teman. Atau sahabat terakhir sebelum mati. Tapi siapa sangka mereka malah fell in love each other setelah menghabiskan waktu bersama-sama kurang dari sehari.
Karena sudah jauh mengikuti perjalanan mereka, yasudahlah... kuputuskan untuk babat habis novel ini sampai tamat.
Overall novel ini bagus. Tapi tidak kurekomendasikan sebagai bacaan bagi orang-orang yang anti banget sama LGBT. Untuk beberapa hal yang kusayangkan itulah, inilah rateku
Jika kamu butuh bacaan YA dengan bumbu friendship dan hurt/comfort, aku masih merekomendasikan Goodbye Days. Karena bagiku novel Goodbye Days punya kisah persahabatan yang menyentuh, sekaligus mengharukan, namun juga menyedihkan.
Sekian review untuk novel They Both Die at the End karya Adam Silvera.
0 Comments
Terima kasih atas kunjungannya dan sudah membaca. Jangan lupa meninggalkan komentar ya. Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan :)