[Book Review] Reasons to Stay Alive by Matt Haig

Informasi Buku

Judul: Reasons to Stay Alive
Penulis: Matt Haig
No. ISBN: 978-602-06-4854-5
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Editor: Miranda Malonka
Penerbit: GPU
Tanggal Terbit: Agustus 2018
Jumlah Halaman: 266 hlm.
Kategori: Non Fiction, Self Help
My Rated: 5/5🌟

Blurb

Apa rasanya menjadi orang yang mengalami gangguan kecemasan atau depresi? Ada dorongan yang membanjiri perasaan dan pikiran mereka sampai-sampai tubuh fisiknya pun ikut sakit. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Matt Haig pernah berada di titik itu. Ia pernah mencoba bunuh diri di pinggir tebing ketika berusia 24 tahun. Serangan panik yang bertubi-tubi dan harapan yang tak lagi terlihat membuatnya berpikir bahwa mengakhiri segalanya adalah hal terbaik. Tetapi, pada langkah terakhir, ia berhenti dan mengurungkan niatnya.

Sampai sekarang, ia menjadi bukti bahwa gangguan kecemasan dan depresi bisa diatasi. Melalui buku ini, Matt Haig akan membagikan pengalamannya, mulai dari gejala depresi, rasanya mendapat serangan panik, hingga apa yang membuatnya bertahan hidup hingga hari ini. Kita akan menyelami apa yang para penderita depresi rasakan dan bagaimana cara membantu mereka (atau bahkan diri sendiri) menjadi lebih baik.

Review

Kali ini saya membawa review buku non-fiksi. Wah, pertama kalinya! Semoga reviewnya tidak terlalu kaku dan mudah dipahami ya.

Saya membaca novel ini lewat Gramedia Digital di saat mood lagi down banget.

Hidup ini penuh ujian, gaes. Tidak semua rencana brilian kita akan tercapai begitu aja. Ada masanya ketika kita gagal, jatuh, dan terpuruk, menganggap hidup tidak adil, hidup itu berat, dan kadang-kadang memunculkan pikiran negatif seperti mengakhiri hidup.

Saya ingin mati. Tidak. Itu tidak sepenuhnya benar. Saya bukannya ingin mati, saya hanya tidak ingin hidup. Saya takut mati. Dan orang yang bisa mati hanya orang yang pernah hidup.

Buku ini berisi kisah hidup penulisnya sendiri (Matt Haig) dalam menghadapi depresi dan gangguan kecemasan yang dideritanya. Tidak disebutkan mengapa Matt Haig menderita depresi parah (mungkin karena terlalu privasi), namun dia pernah mencoba bunuh diri di usianya yang ke 24 tahun.

Membaca buku ini saat galau sungguh membantu sekali. Pikiran-pikiran liar mulai menghantui saya lagi. Bercerita ke orang lain pun tidak membantu. Namun pikiran saya kembali tercerahkan berkat buku ini. Membaca Reasons to Stay Alive membuat saya merasa dipahami oleh sang penulis.

Seberapa besar pun cinta kita kepada seseorang, kita tidak akan pernah bisa membuat mereka, atau diri kita sendiri, bebas dari rasa sakit.

Reason to Stay Alive disusun berdasarkan fase yang dilalui oleh penulisnya, yaitu:

1. Jatuh
2. Mendarat
3. Bangkit
4. Menjalani hidup
5. Menjadi bagian dari kehidupan

Di setiap lembarnya, Matt Haig menjelaskan secara detail masa-masa kelamnya dalam menghadapi depresi dan gangguan kecemasan. Bahkan jauh lebih parah dari yang saya kira. Padahal Matt Haig sendiri bilang, bahwa hidupnya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan menyayanginya. Keluarga dan pacarnya mensupportnya. Namun begitulah depresi.

Depresi itu sendiri bukanlah kebohongan. Depresi adalah hal paling nyata yang pernah saya alami. Meskipun, tentu saja, ia tidak kelihatan.

Bisa disimpulkan bahwa depresi bisa menyerang siapa pun dan di kondisi apapun, sekalipun kita dikelilingi orang yang mencintai kita.

Saya suka bagaimana Matt Haig memaparkan apa-apa saja fakta, kondisi, perasaan, hingga pemikiran orang depresi dan gangguan kecemasan. Bahkan fakta mengenai kasus bunuh diri juga dijabarkan di dalamnya. Membuktikan bahwa depresi itu serius, nggak main-main.

Namun, Matt Haig juga menuliskan bahwa penderita depresi bisa bangkit kembali. Prosesnya memang tidak mudah. Penulisnya bahkan butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa lepas dari depresi dan gangguan kecemasan. Apalagi selama periode terparah, Matt Haig menolak minum obat karena takut obat membuatnya kecanduan.

Kadang-kadang, pada jalur menuju kesembuhan yang berbatu-batu dan berangin kencang, apa yang tampak sebagai kegagalan sebenarnya adalah langkah maju.

Setelah menjabarkan bahwa depresi bisa menyerang siapa saja, Matt Haig juga menuliskan nama-nama orang terkenal yang juga menderita depresi. Sebut saja salah satunya Abraham Lincoln. Bahkan orang sukses dan kaya pun bisa terkena depresi.

Buku ini cocok banget dibaca bagi penderita depresi, gangguan kecemasan, dan orang-orang yang mendampingi mereka. Jika kamu bukan penderita, membaca buku ini bakal membuat kamu setidaknya sedikit memahami pikiran dan perasaan mereka.

Tidak ada seorang pun yang seratus persen sehat secara fisik dan tidak ada seorang pun yang seratus persen sehat jiwanya. Kita semua ada dalam takaran tertentu.

Matt Haig juga memberikan banyak tips, saran, bahkan dukungan bagi pembacanya tentang alasan-alasan mengapa kita harus hidup, serta hal-hal apa yang sebaiknya kita pikirkan untuk bisa tetap bertahan.

Dari apa yang disebutkan penulis, memang ada yang bertolak belakang dengan saya, tetapi ada hal-hal lain yang bisa saya setujui bahwa pasti ada sesuatu yang bisa membuat kita tetap bertahan dengan kehidupan ini.

Salah satu contoh yang Matt Haig berikan adalah membaca. Dalam hal ini saya setuju bahwa membaca dapat membuat pikiran lebih rileks walaupun hanya sementara. Saya sendiri pun suka melarikan diri dari masalah dengan membaca.

Orang-orang yang menyukai buku sering dicap kesepian, tapi bagi saya buku-buku justru merupakan cara untuk keluar dari perasaan kesepian.

Selain menjadi salah satu pilihan relaksasi, membaca juga sering kali memberi pengalaman, pengetahuan, dan pandangan-pandangan baru.

Lalu, apakah Matt Haig sembuh dari depresi?

Depresi itu tidak bisa sembuh, tapi bisa diatasi. Begitulah kata Matt Haig. Prosesnya panjang, tidak instan, butuh perjuangan, dan untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan orang sekitar dan tentunya diri sendiri juga.

Saya memperoleh banyak hal setelah membaca buku ini. Sensasinya tidak bisa dituangkan semua ke review, tapi buku ini layak dibaca siapa pun.

Terima kasih Matt Haig sudah berbagi kisah dan pengalamannya kepada banyak orang.

Terima kasih juga untuk kamu yang mampir dan membaca review ini ^^

Post a Comment

2 Comments

  1. Halo mba pertama kali berkunjung kesini, salam kenal ya! Isi blog mba menarik, bahas anime juga ~

    Aku lagi mau baca ini mba, dari pemaparan isi buku nya sptnya menarik, thanks for the review nya mba! 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga ^^ Ya, buku ini memang menarik untuk dibaca. Dan walaupun ingin membahas anime juga, masih jarang banget aku nulis tentang anime hehe.

      Terima kasih juga atas kunjungannya 😁

      Delete

Terima kasih atas kunjungannya. Jangan lupa meninggalkan komentar setelah membaca. Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan :)