Informasi Buku
Penulis: Gusty Ayu Puspagathy
Terbit di: Cabaca
Jumlah Bab: 50 Bab
Genre: Historical, Fantasy, Action
My Rated: 4.5/5🌟
Blurb
Sepuluh tahun Bhanu Aji dan Saniscara merawat ibunya yang tak sadarkan diri. Semua berkat kemampuan Bhanu meracik ramuan dan keuletan Saniscara mencari keping-keping penyambung hidup meski harus berkomplot dengan penyamun yang telah mereka selamatkan.
Sehari setelah kabar perampokan di desa sebelah, Bhanu diculik ketika Saniscara berdagang ke Inggu. Kecurigaan Saniscara mengarah pada musuh-musuh Dipa-penyamun yang diselamatkan Bhanu dan Saniscara. Dari Dipa, Saniscara tahu bahwa mereka yang menculik Bhanu membutuhkan kemampuannya untuk meracik segala ramuan sekaligus mencarikan keberadaan daun kehidupan Latamaosandi. Bersama Dipa, Saniscara mencari keberadaan kakangnya.
Review
Menyambut HUT RI ke-77 kali ini aku datang membawa review novel bertemakan Indonesia Banget dengan latar historikal nih. Mungkin aku yang kurang jauh bacaannya, tapi ini kali pertamaku baca novel Indonesia dengan latar waktu jadul. Thanks to Cabaca yang memberikan kesempatan membaca dan mereview novel keren ini 💖
Oh ya, ulasan bertemakan Indonesia Banget bukan cuma di blog ini loh. Ada juga teman-teman pembaca dari platform lain (ig, youtube, tiktok) yang juga menyajikan ulasan nggak kalah keren. Jangan lupa cek juga yaa!
Tur Review Cabaca |
Baiklah, sebelum mulai review saya mau protes ke penulisnya kenapa saya nggak dikasih istirahat barang sejenak saja?! Pertikaian di dalam kisah Latamaosandi, di tiap babnya selalu menegangkan, serasa ingin menepuk-nepuk kepala Bhanu dan Saniscara sambil bilang, "yang kuat dan sabar ya."
Secara garis besar, kisah Latamaosandi sama persis seperti deskripsi bukunya. Tentang perjuangan adik-kakak yang berusaha menyembuhkan sang ibu yang tidak pernah sadar selama 10 tahun. Tapi isi dari novel ini... lebih dari itu, konfliknya lebih kompleks dari yang kukira.
Jujur aja, awalnya sempat dibuat bingung dengan masalah-masalah yang ada. Terutama pihak yang menculik Bhanu karena kemampuannya dalam meramu obat-obatan dan dipercaya menjadi salah satu orang yang dapat menemukan Latamaosandi, daun kehidupan yang dipercaya dapat memberikan kehidupan panjang dan menyembuhkan segala penyakit. Saya sampai bingung sebenarnya pihak-pihak mana saja yang menginginkan Bhanu?
Seiring berjalannya alur dan akhirnya paham dengan kubu-kubu yang terlibat, sekali lagi malah dibuat bingung antara mana kubu baik dan jahat? Lagi-lagi terdorong untuk terus maraton baca novel ini.
Sepanjang perjalanan yang menegangkan penuh pertempuran, setiap karakter lebih digali lagi identitasnya. Terutama untuk Bhanu dan Saniscara yang harus sambil mencari tahu jati diri mereka sebenarnya.
Sudut pandang yang digunakan novel ini menggunakan sudut pandang ketiga, sehingga pembaca bisa lebih eksplor lewat sudut pandang tokoh-tokoh lainnya. Salah satunya untuk Mangkara. Tak kusangka bakal dideskripsikan detail karakternya sambil menyelami masa lalunya. Ah, campur aduk rasanya.
Sebenarnya... mabok plot twist 😂
Ada banyak kejadian dan fakta tak terduga yang disuguhkan Latamaosandi. Tentang dua tokoh utamanya. Tentang Dipa. Tentang orang tua Bhanu dan Saniscara. Tentang Mangkara. Makasih loh Mbak Gusty Ayu.
50 bab Latamaosandi isinya banyak aksi dan momen-momen menegangkan, entah ketegangan karena pertempuran, racun, dan kejadian-kejadian meregang nyawa. Dibalut dengan unsur Indonesia banget, mulai dari latar kerajaan, pengobatan tradisional, dan aksi silat. Bahkan ada beberapa istilah yang tidak aku paham, but no worries karena penulis memberikan catatan untuk istilah itu.
Meskipun banyak aksi, tapi ada beberapa percakapan bahkan di saat genting sekalipun yang bikin lucu. Terutama kalau Saniscara berdebat sama Dipa dan Limbuk. Ini juga yang bikin mencairkan suasana. Jadinya nggak monoton di momen menegangkan terus.
Secara keseluruhan, aku suka penyelesaiannya sampai ending. Sungguh sangat tidak terduga dan keren. Salah satunya fakta lembunya Saniscara yang bernama Ndana. Ini dugaannya baru muncul pas menjelang akhir. Benar kata Dipa, bukan lembu biasa 😂
Sampai di ending, aku cukup terharu dengan ikatan keluarga Bhanu dan Saniscara karena perjuangan dan pengorbanan kedua orangtuanya. Bukan hanya demi anak mereka, tapi juga untuk seluruh leluhur dan keturunan walyan.
Sekian review dariku. Terima kasih sudah membaca ^^
0 Comments
Terima kasih atas kunjungannya ^^ Jangan lupa meninggalkan komentar setelah membaca, ya. Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan :)