Informasi Buku
Judul: Memory of GlassPenulis: Akiyoshi Rikako
No. ISBN: 978-623-7351-21-4
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Prisca Primasari
Penyelaras Aksara: Titish A.K.
Desainer Sampul: Pola
Penata Sampul: @teguhra
Penerbit: Haru
Tanggal Terbit: Cetakan Pertama, November 2019
Jumlah Halaman: 360 hlm.
Kategori: Mystery, Thriller
My Rated: 5/5🌟
Blurb
Polisi bilang,
aku melaporkan diriku sendiri.
Kata mereka, aku membunuh seorang pria.
Hanya saja... aku tidak ingat.
Aku tidak ingat pernah melapor,
apalagi membunuh orang.
Sebenarnya, apa yang terjadi?
Review
Aku bahagia seperti ini, begitu gembira, tapi tidak ada satu pun kenangan yang tersisa di dalam diriku. Ingatanku seperti kaca.
Memory of Glass bercerita tentang Kashihara Mayuko, wanita berusia 41 tahun yang terbangun dalam keadaan bersimbah darah sambil memegang pisau. Di hadapannya ada seorang pria yang sudah tergolek tak bernyawa. Dia melaporkan dirinya sendiri bahwa dia membunuh seorang pria. Namun, ketika sadar di rumah sakit, Mayuko tidak ingat apa-apa. Tidak ingat pernah melapor. Apalagi membunuh.
Sebelum kebenaran terungkap dan hukuman dijatuhi, Mayuko ditahan. Untunglah selama masa penahanannya, Mayuko memiliki suami yang mencintainya bernama Kashihara Mitsuharu. Namun, apa benar suaminya bisa dipercaya?
Blurb Memory of Glass sangat BOOM! Bikin penasaran parah! Simpel, tapi mengundang rasa penasaran. Mirip kayak Absolute Justice yang blurbnya cuma satu kalimat.
Covernya juga keren banget! Sumpah, saya suka sama covernya. Wanita memegang pisau dengan pecahan kaca. Perfect!
Pembukaannya juga disambut dengan adegan berdarah-darah yang membuat pembaca bertanya-tanya.
Covernya juga keren banget! Sumpah, saya suka sama covernya. Wanita memegang pisau dengan pecahan kaca. Perfect!
Pembukaannya juga disambut dengan adegan berdarah-darah yang membuat pembaca bertanya-tanya.
Uniknya, Mayuko (tokoh utama kita) memiliki gangguan ingatan pasca kecelakaan yang menimpanya 20 tahun yang lalu. Hal ini tentu membuat para detektif ekstra kerja keras untuk mengungkapkan kasus Mayuko. Benarkah wanita itu yang membunuh pria itu? Para detektif tidak bisa memastikan kebenarannya karena Mayuko selalu melupakan kejadian setelah 10 sampai 20 menit. Bahkan ketika Mayuko diinterogasi, dia tiba-tiba bisa lupa.
Jujur saja, sebagai pembaca saya merasa lelah membaca lewat sudut pandang Mayuko. Bukan berarti lelah membaca bukunya, tapi saya sangat simpati dengan kondisi Mayuko.
Jujur saja, sebagai pembaca saya merasa lelah membaca lewat sudut pandang Mayuko. Bukan berarti lelah membaca bukunya, tapi saya sangat simpati dengan kondisi Mayuko.
Bayangkan dirimu asyik ngobrol sama Mayuko. 10 menit kemudian tiba-tiba dia akan tanya, "Siapa kamu? Kenapa aku di sini?" kamu berikan dia penjelasan lagi, lalu 15 menit kemudian dia akan melupakanmu dan menanyakan hal yang serupa.
Sungguh malang nasib Mayuko ini. Mayuko yang sering kali lupa, akan membuat kamu gregetan.
Sungguh malang nasib Mayuko ini. Mayuko yang sering kali lupa, akan membuat kamu gregetan.
Memory of Glass diceritakan lewat dua sudut pandang di tiap babnya.
Pertama, dari pelaku (Mayuko) menggunakan sudut pandang orang pertama. Membuat pembaca memahami bagaimana rasanya jadi penderita gangguan ingatan. Kedua, dari detektif (Yuka) menggunakan sudut pandang orang ketiga. Membuat pembaca memahami bagaimana rasanya menghadapi orang yang memiliki gangguan ingatan karena ibu Yuka juga seperti Mayuko. Saya sendiri cukup nyaman membaca dengan pergantian sudut pandang ini.
Membaca lewat pandangan Yuka juga menarik. Karena dia adalah detektif yang menangani kasus Mayuko, timbullah berbagai macam kejadian ganjil yang tentunya sudah menjadi ciri khas Akiyoshi Rikako untuk membuat pembaca menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi di balik kasus pembunuhan ini.
Pembaca yang mulanya mengira si A, tiba-tiba dihadapkan dengan pelaku lainnya si B. Dan ya... seperti biasa, Akiyoshi Rikako sering kali menjebloskan pembacanya ke jebakan plot twistnya.
Pertama, dari pelaku (Mayuko) menggunakan sudut pandang orang pertama. Membuat pembaca memahami bagaimana rasanya jadi penderita gangguan ingatan. Kedua, dari detektif (Yuka) menggunakan sudut pandang orang ketiga. Membuat pembaca memahami bagaimana rasanya menghadapi orang yang memiliki gangguan ingatan karena ibu Yuka juga seperti Mayuko. Saya sendiri cukup nyaman membaca dengan pergantian sudut pandang ini.
Orang tua itu sangat kuat, proyek yang khusus. Mereka bersedia melakukan apa saja tanpa mengharapkan imbalan. Asalkan anaknya bisa tertawa, beratnya beban pun jadi tidak berarti.
Membaca lewat pandangan Yuka juga menarik. Karena dia adalah detektif yang menangani kasus Mayuko, timbullah berbagai macam kejadian ganjil yang tentunya sudah menjadi ciri khas Akiyoshi Rikako untuk membuat pembaca menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi di balik kasus pembunuhan ini.
Pembaca yang mulanya mengira si A, tiba-tiba dihadapkan dengan pelaku lainnya si B. Dan ya... seperti biasa, Akiyoshi Rikako sering kali menjebloskan pembacanya ke jebakan plot twistnya.
Silakan curigai semuanya satu-satu sampai kebenarannya terungkap 😂
Menurut saya pribadi, plot twist yang paling mengejutkan sebenarnya bukanlah 'si pelaku'. Beberapa orang yang sudah baca mungkin ada yang menebaknya dengan benar. Namun saya pikir, yang paling mengejutkan justru kronologi kejadian di balik kasus pembunuhan ini. Karena itu saya tidak banyak menceritakan isi buku ini. Biarlah kalian penasaran.
Satu kata untuk endingnya...
AMBYAAARRR!!!! 😭
Endingnya membuat saya.... ah sudahlah. Kamu coba baca sendiri. Pokoknya, makasih banget, sensei. Kamu wajib banget baca novel ini. Saya sangat merekomendasikan Memory of Glass untuk kamu baca.
Menurut saya pribadi, plot twist yang paling mengejutkan sebenarnya bukanlah 'si pelaku'. Beberapa orang yang sudah baca mungkin ada yang menebaknya dengan benar. Namun saya pikir, yang paling mengejutkan justru kronologi kejadian di balik kasus pembunuhan ini. Karena itu saya tidak banyak menceritakan isi buku ini. Biarlah kalian penasaran.
Satu kata untuk endingnya...
AMBYAAARRR!!!! 😭
Kaulah yang sudah memberikan warna pada ingatanku [....] sesedih apa pun, sehancur apa pun hatiku, aku ingin mengingatmu.
Endingnya membuat saya.... ah sudahlah. Kamu coba baca sendiri. Pokoknya, makasih banget, sensei. Kamu wajib banget baca novel ini. Saya sangat merekomendasikan Memory of Glass untuk kamu baca.
Meskipun masih ditemukan sedikit sekali typo, contohnya di hal. 218: nama Mitsuharu ditulis Mitsuhiro, tapi itu tidak menjadi masalah. Toh, terjemahannya enak banget. Selalu suka hasil terjemahan kak Andry Setiawan 😍
Karena itu, Memory of Glass layak banget dapat rate 5/5🌟 dari saya. Saya selalu menantikan karya Akiyoshi Rikako yang lain. Bertanya-tanya kisah yang bagaimana lagi yang akan sensei suguhkan untuk pembaca indonesia.
Untuk kalian yang sudah membaca Memory of Glass, bagaimana perasaan kamu setelah selesai membaca novelnya? Silakan tuliskan perasaan kamu di kolom komentar 😁
Karena itu, Memory of Glass layak banget dapat rate 5/5🌟 dari saya. Saya selalu menantikan karya Akiyoshi Rikako yang lain. Bertanya-tanya kisah yang bagaimana lagi yang akan sensei suguhkan untuk pembaca indonesia.
Tidak melakukan apa yang tidak bisa dilakukan itu, tidak buruk dan tidak salah. Tidak ada artinya memaki diri sendiri atau tertekan oleh rasa bersalah.
Untuk kalian yang sudah membaca Memory of Glass, bagaimana perasaan kamu setelah selesai membaca novelnya? Silakan tuliskan perasaan kamu di kolom komentar 😁
Terima kasih sudah membaca.
2 Comments
Aku aja yang takut sama darah2 jd pengen baca. Blurb-nya itu! Tp sayang aku terlalu takut buat baca. Tp aku penasaran. Aaa jd pgn baca. Makasih reviewnya mita.
ReplyDeleteAduh, jangan takut. Adegan berdarah2nya nggak semengerikan yang kamu duga kok. Jadi, harus baca ya. Karena Memory of Glass ini ceritanya keren banget 😭🤧
DeleteJarang2 lho aku bisa sedih baca buku Akiyoshi Rikako. Makasih juga sudah mampir 😍❤️
Terima kasih atas kunjungannya dan sudah membaca. Jangan lupa meninggalkan komentar ya. Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan :)