Informasi Buku
Judul: Three Grey Pages
Penulis: Tersugakan
Penerbit: Cabaca
Kategori: Family, Teenlit, Adult, Mystery
Blurb
"Ini terasa seperti aku tinggal di tiga lembar kertas. Di lembar pertama aku hidup, di lembar kedua aku berkembang, dan di lembar ketiga aku mati. Dan semuanya berwarna abu-abu. Semuanya. Tidak ada warna lain. Tiga kertas abu-abu."
***
Dilahirkan sebagai penderita buta warna total membuat hidupnya hanya dihiasi warna monokrom. Jia tidak tahu warna langit yang biru, keagungan warna jingga saat senja atau pun warna iris matanya sendiri.
Jia jadi tidak tahu kapan harus melindungi dirinya dari hujan. Bahkan dia juga harus kena omelan August--kakaknya--karena memberinya earphone berwarna pink bukannya hitam. Namun, Jia tidak pernah merasa hidupnya tak adil meski August dilahirkan dengan mata normal.
Di tengah masa adaptasi memasuki babak baru dalam hidupnya, Jia harus menelan pil pahit. August dituduh membunuh. Kakaknya bukan pembunuh! Jia tahu, meski sering bersikap dingin, August sangat menyayanginya.
Review
Pertama-tama, aku ucapkan terima kasih kepada Cabaca yang telah memilihku sebagai book reviewer serta memberikan kesempatan untuk membaca novel-novel Cabaca dan mereviewnya. Terima kasih Cabaca karena sudah memberikan limpahan kerang untuk memenuhi asupan bacaanku 😍. Baiklah, cukup basa basinya.
Three Grey Pages menjadi cerita pertama yang kupilih untuk dibaca karena judul dan covernya yang menarik. Jujur aja aku sama sekali nggak baca blurb ceritanya dan langsung main baca bab pertama.
Three Grey Pages bercerita tentang hubungan saudara (kakak-adik) yang menjalani kehidupan yang kejam. Di mana Jia (sang Adik) menderita buta warna total dan sering mengalami banyak masalah ketika dia keluar rumah, sedangkan August (sang Kakak) rela membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan tiba-tiba dia dituduh melakukan pembunuhan.
Selalu ada hal yang tidak bisa dipaksakan, yang terkadang tak bisa kita mengerti karena memang tak perlu dimengerti. Hanya perlu dijalani.
Aku suka August yang galak, tapi sayang sama Jia. August itu tipe orang yang menunjukan cintanya lewat tindakan, bukan kata-kata. Tipe cowok idamanku, tapi aku nggak suka sama kata-kata kasarnya yang kalau dilontarkan nggak disaring dulu 😂. Aku juga suka Jia yang sangaat tegar menjalani hidup dengan warna hitam-putih. Novel yang hanya terdiri dari 14 bab ini ceritanya ringan, namun berbobot.
Penulis bagus dalam bercerita. Narasi dan dialognya seimbang. Pemilihan diksinya baik sehingga pembaca tidak bosan dengan kata yang itu-itu aja. Seperti kata berdifusi, berdilatasi, dan memamah membuatku harus mengecek KBBI untuk memeriksa apa artinya. Kalimatnya juga mengalir. Jadi membacanya bikin enjoy.
Seperti yang aku bilang di awal, aku nggak baca blurb ceritanya. Jujur aja aku nggak tau ternyata novel ini mengandung unsur misteri. Baru terungkap setelah adanya kasus pembunuhan. Aku rasa, novel ini lebih menitikberatkan ke genre family dibandingkan dengan genre lainnya. Aku yang juga hobi membaca novel mystery/thriller kurang merasakan hawa-hawa mencekam yang bikin penasaran 'berat'. Apalagi kasusnya tidak dimunculkan di awal. Di bab-bab awal aku malah sempat bertanya-tanya, "Sebenarnya aku dibawa ke mana dengan cerita ini?"
Tapi tenang aja, bakal ada kejadian-kejadian yang akan mengupas pertanyaanmu satu-persatu.
Menurutku, klimaksnya masih kurang menegangkan. Tidak membuat adrenalinku meningkat. Namun masih bisa memunculkan rasa penasaran untuk terus membacanya. Penulis juga terlalu singkat dalam menyelesaikan kisahnya. Meskipun tidak terkesan terburu-buru karena narasinya yang baik, tetap saja penyelesaian konfliknya terhitung cepat. Mungkin kalau penulisnya lebih mendalami dari sisi misteri atau masa lalu Jean atau Viktor akan lebih menarik.
Karena plot yang terhitung cepat inilah yang membuatku kurang merasakan kehidupan tokoh-tokohnya. August dan Jia cukup oke. Dari awal memang sudah disuguhkan adegan kakak-adik yang manis, asem, pahit. Tapi akan lebih menarik kalau tokoh lainnya lebih diperdalam. Jadi mereka tidak hanya sekedar lewat aja. Misalnya, Amy... menurutku pribadi, dia terkesan tiba-tiba saja muncul.
Aku juga sempat mempertanyakan soal latar di awal. Nama August dan Viktor terdengar kebarat-baratan untukku. Awalnya kukira Amerika. Tapi setelah tau ada marga (nama keluarga), barulah sadar kalau latarnya Korea. Mohon maaf, ngehnya rada telat.
Dari segala kekurangan dan kelebihan Three Grey Pages ini, novel ini bagus. Kamu bisa merasakan berbagai macam gejolak emosi Jia yang hidupnya monokrom, gimana rasanya hidup cuma dikelilingi warna abu-abu, perjuangan bertahan hidup yang rela mengorbankan apa saja, dan merasakan ikatan hubungan kakak-adik yang cukup menguras emosi. Aku LEMAH sama ikatan kekeluargaan begini 😭. Aku dibuat baper sama endingnya.
Kuberikan 3/5🌟 untuk Three Grey Pages.
Penasaran ingin baca juga? Silakan baca di Cabaca. Kamu bisa baca 3 bab pertama secara gratis. Kalau kamu baru gabung, akan ada kerang gratis untuk kamu. Kalau kehabisan kerang gimana? Selain bisa beli kerang lagi, kamu bisa memanfaatkan #HappyHournyaCabaca untuk baca gratis di jam 21.00 sampai 22.00. Ada banyak novel yang bisa kamu baca di sana.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, mampir di website Cabaca: https://cabaca.id atau biar nggak ribet, kamu bisa donwload aplikasinya di Play Store: bit.ly/appCabaca. Sesuai dengan mottonya Cabaca, Baca Aja Dulu 😉
Terima kasih sudah membaca review ini sampai selesai dan selamat membaca 😀
0 Comments
Terima kasih atas kunjungannya ^^ Jangan lupa meninggalkan komentar setelah membaca, ya. Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan :)